IBU…hanya tiga huruf
Namun pengorbanannya ratusan, ribuan, jutaan, bahkan tak
terhitung tanpa batas
Nyawa….satu kata yang harus kau pertaruhkan ketika
memberikanku kehidupan
Nyawa….satu kata yang tak sekalipun membuatmu gentar,
membuat hatimu bergetar karena karena khawatir dan rasa takut kehilangan
Karna yang terpenting bagimu adalah mendengar rengekan
mungil, tangisan kecil dari darah, daging, hati, dan jiwamu
Dan ketika kau melihat benihmu ini
Surga kecil pun berbinar di kelopak matamu
Oh Ibu………..
Kau mengajariku
tentang arti kehidupan, kebaikan, ketulusan, dan arti Tuhan
Kau mengajariku arti
bertahan, kelapangan hati, berbagi kasih, dan cinta
Dengan jerih payah
dan cinta utuh kau membesarkanku
Dengan harapan
menjadikanku pribadi yang lebih baik darimu
Pernah ada suatu waktu…
Ketika kita tak sepaham
Entah setan apa yang merasuki hati ini
Tiba-tiba aku mengucapkan kata-kata tak pantas
Kata-kata kotor dan lancang dari mulut hina ini
Sungguh Ibu, sungguh……..
Aku sungguh sungguh teramat menyesal
Karna aku melukai hatimu
Hati yang putih, bersih, dan tulus tang seharusnya aku jaga
Namun, sama sekali……
Sama sekali kau tak menunjukkan luka itu
Kau telah memaafkan ku sebelum kata maaf terucap dari mulut
hina ini
Aku pun menerka-nerka….
Hatimu itu terbuat dari apa…………
Hati yang begitu lembut, tak pernah mengeluh
Dan slalu terbuka lebar-lebar untukku….
Dan pernah suatu
waktu
Aku melihat tetesan
demi tetesan air mata keluar dari kelopak indah matamu
Sungguh Ibu…….
Andai kau tahu, hati
ini teriris sungguh sakit melihatmu menangis
Aku pun rela terhujam
beribu jarum
Asalkan ku tak
melihat air mata itu keluar lagi
Walaupun seluruh air samudra itu berubah menjadi emas
Tak akan pernah bisa membayar sgala kebaikan, ketulusan,
jasa, budi, dan cintamu Ibu
Aku pun bertanya-tanya………..
Pantaskah aku disejajarkan dengan mu dihadapan Tuhan…..
Dan setelah kupikir
Aku hanya bisa tertunduk malu
Karna aku belum bisa menyamai kelapangan hati, jerih payah,
keikhlasan, dan kelimpahan cinta yang tlah kau berikan…….
Malaikat…
Mungkin kata itu
pantas kau sandang
Karna pribadimu yang
hangat dan penuh rasa saying
Karna hatimu putih,
suci, dan tanpa pamrih
Terima kasih, terima kasih, dan terima kasih…
Walaupun seribu kali kuucapkan kata itu
Tak akan pernah menyeimbangkan atas segala pengorbanan dan
cinta yang tlah kau berikan padaku Ibu
Aku sadar segala jasa
mu tak akan pernah aku balas utuh..
Yang bisa aku lakukan
hanyalah senantiasa berbuat baik kepadamu
Aku akan berusaha
mencegah sekuat tenaga agar kau tak teteskan air mata Ibu
Aku akan slalu
berusaha senantiasa menciptakan kembang senyum di wajah tulus mu…
Karna bagi seorang
anak, dengan senantiasa menciptakan senyum di wajah sang Ibu
Surga kecil sudah ada
di genggaman…
Sepertinya kini aku tahu…
Mengapa banyak orang mengatakan surga itu di bawah telapak
kaki Ibu
Karna memang pantas, memang sangat pantas jika surga itu di
bawah telapak kakimu…
Karna ketulusan dan keikhlasan mu pantas dikonotasikan
seindah dan sebening surga…
Jika Tuhan
memberikanku kesempatan untuk membuat satu permintaan…
Aku hanya
menginginkan…
Oh Tuhan, tolong
slalu jaga hati Ibuku…
Buat hatinya slalu
bahagia, lapang, damai, dan tenang…
Buatlah senyum yang
slalu berkembang…
Dan jangan pernah ada
air mata turun…
Setetes pun……………
Terdalam by Atika
Yuliana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar