Jumat, 04 Mei 2012

Sepenggal Curahan Hati

Malaikat Itu Adalah Ibu...


IBU…hanya tiga huruf
Namun pengorbanannya ratusan, ribuan, jutaan, bahkan tak terhitung tanpa batas
Nyawa….satu kata yang harus kau pertaruhkan ketika memberikanku kehidupan
Nyawa….satu kata yang tak sekalipun membuatmu gentar, membuat hatimu bergetar karena karena khawatir dan rasa takut kehilangan
Karna yang terpenting bagimu adalah mendengar rengekan mungil, tangisan kecil dari darah, daging, hati, dan jiwamu
Dan ketika kau melihat benihmu ini
Surga kecil pun berbinar di kelopak matamu

Oh Ibu………..
Kau mengajariku tentang arti kehidupan, kebaikan, ketulusan, dan arti Tuhan
Kau mengajariku arti bertahan, kelapangan hati, berbagi kasih, dan cinta
Dengan jerih payah dan cinta utuh kau membesarkanku
Dengan harapan menjadikanku pribadi yang lebih baik darimu

Pernah ada suatu waktu…
Ketika kita tak sepaham
Entah setan apa yang merasuki hati ini
Tiba-tiba aku mengucapkan kata-kata tak pantas
Kata-kata kotor dan lancang dari mulut hina ini
Sungguh Ibu, sungguh……..
Aku sungguh sungguh teramat menyesal
Karna aku melukai hatimu
Hati yang putih, bersih, dan tulus tang seharusnya aku jaga
Namun, sama sekali……
Sama sekali kau tak menunjukkan luka itu
Kau telah memaafkan ku sebelum kata maaf terucap dari mulut hina ini
Aku pun menerka-nerka….
Hatimu itu terbuat dari apa…………
Hati yang begitu lembut, tak pernah mengeluh
Dan slalu terbuka lebar-lebar untukku….

Dan pernah suatu waktu
Aku melihat tetesan demi tetesan air mata keluar dari kelopak indah matamu
Sungguh Ibu…….
Andai kau tahu, hati ini teriris sungguh sakit melihatmu menangis
Aku pun rela terhujam beribu jarum
Asalkan ku tak melihat air mata itu keluar lagi

Walaupun seluruh air samudra itu berubah menjadi emas
Tak akan pernah bisa membayar sgala kebaikan, ketulusan, jasa, budi, dan cintamu Ibu
Aku pun bertanya-tanya………..
Pantaskah aku disejajarkan dengan mu dihadapan Tuhan…..
Dan setelah kupikir
Aku hanya bisa tertunduk malu
Karna aku belum bisa menyamai kelapangan hati, jerih payah, keikhlasan, dan kelimpahan cinta yang tlah kau berikan…….


Malaikat…
Mungkin kata itu pantas kau sandang
Karna pribadimu yang hangat dan penuh rasa saying
Karna hatimu putih, suci, dan tanpa pamrih

Terima kasih, terima kasih, dan terima kasih…
Walaupun seribu kali kuucapkan kata itu
Tak akan pernah menyeimbangkan atas segala pengorbanan dan cinta yang tlah kau berikan padaku Ibu

Aku sadar segala jasa mu tak akan pernah aku balas utuh..
Yang bisa aku lakukan hanyalah senantiasa berbuat baik kepadamu
Aku akan berusaha mencegah sekuat tenaga agar kau tak teteskan air mata Ibu
Aku akan slalu berusaha senantiasa menciptakan kembang senyum di wajah tulus mu…
Karna bagi seorang anak, dengan senantiasa menciptakan senyum di wajah sang Ibu
Surga kecil sudah ada di genggaman…

Sepertinya kini aku tahu…
Mengapa banyak orang mengatakan surga itu di bawah telapak kaki Ibu
Karna memang pantas, memang sangat pantas jika surga itu di bawah telapak kakimu…
Karna ketulusan dan keikhlasan mu pantas dikonotasikan seindah dan sebening surga…

Jika Tuhan memberikanku kesempatan untuk membuat satu permintaan…
Aku hanya menginginkan…
Oh Tuhan, tolong slalu jaga hati Ibuku…
Buat hatinya slalu bahagia, lapang, damai, dan tenang…
Buatlah senyum yang slalu berkembang…
Dan jangan pernah ada air mata turun…
Setetes pun……………

Terdalam by Atika Yuliana





Tidak ada komentar:

Posting Komentar